Sabtu, 05 November 2011

Mendaki Puncak Himalaya

5 Oktober 2011, sehari sebelum hari raya Idul Qurban.
Gak ada kejadian yang freak hari ini. Hari2q terlewati dengan belajar, belajar dan belajar.Bukan sekedar belajar 4 mata dengan lembaran2 kertas, namun lebih ke belajar dari setiap gerakan2 mencoba melihat celah yang ada.
Pagi bgt udah semangat belanja ini itu, rencananya sih mau cobain buat minuman yang unik.
Di otak sih udah ada gambaran, tapi aku yakin kendala pasti ada.Dan ternyata bener, kendala ini itu mulai muncul.
Sekarang saatnya fokus ke tujuan (ngebikin minuman unik), bukan ke masalah yang muncul.
Satu persatu ane coba memecahkan msalah yang ada, meski ga semua trouble terpecahkan hari ini.
Hasilnya jelas, minuman yang aku buat kurang maksimal, rasanya aneh.Tapi aku ga sendirian kawan, dukungan dari mama dan keluarga, saran dan segalanya aku tampung, jadikan masukan, sembari berharap semoga esok hari menjadi lebih baik.


Malam harinya, meski sempet di ajak temen2 ngopi di alun2 kota, tapi otaku ga bisa lepas dari percobaan minumaknku pagi tadi.
Sembari tanya2 ke beberapa temen yang hadir dalam acara ngopi ga jelas itu, kali aja ada masukan yang lebih jitu untuk nyelesaikan kendalaku.

Aku ngeliat ke beberapa temen2 yang udah dapat kerjaan yang terbilang nyaman (kta mayoritas orang), ada yang jadi perawat di RS, sipir (bukan sopir), teller bank, dll. Entah kenapa aku ga berminat dengan pekerjaan - pekerjaan seperti mereka.
Hidupku hanya sekali, kenapa aku harus hidup yang biasa2 aja? kenapa aku ga lakukan hal gila?
Yaaap,,,,pilihanku jatuh pada 1 kata -------- Enterpreneur.
Tapi untuk ngewujutinnya ga bakal mudah, aku tahu ada banyak halangan di depan, tapi untuk mencapai puncak Himalaya aku lebih memilih mendaki, ketimbang naik lift (kalo ada lift nya sih,,hehe).

Aku tahu tulisanku ini mencarminkan kebodohanku dalam tata bahasa, tapi inilah caraku, lepas, bebas, dan fokus pada tujuan. Aku punya satu tujuan, dan sejuta jalan untuk mencapainya. Sekarang aku memilih satu jalan enterpreneur. Entah apa yang ada di depan, setidaknya itu bisa mendewasakan diri ini.

2 komentar:

  1. ga bisa bayangin kalo di himalaya ada lift
    pasti para pendaki kalo udah putus asa, langsung naik lift :D

    BalasHapus
  2. hoooohoohoo...
    iya sob,,,,
    ga laku lagi toko peralatan pendakian ...

    BalasHapus

Silahkan dikoman komen dulur